PERKEMBANGAN PSIKOLOGI
A. Perkembangan
Psikologi Pada Masa Pra Sekolah
- Perkembangan
Perkembangan adalah suatu perubahan
fungsional yang bersifat kualitatif, baik dari fungsi-fungsi fisik maupun
mental sebagai hasil keterkaitannya dengan pengaruh lingkungan.
PENGERTIAN
PRASEKOLAH
Prasekolah (bahasa Inggris: pre-school) merupakan
pilihan pendidikan bagi kanak-kanak sebelum memasuki sekolah. Early Childhood
adalah anak yang berusia sejak lahir sampai dengan usia delapan tahun. Batasan
ini seringkali dipergunakan untuk merujuk anak yang belum mencapai usia sekolah
dan masyarakat menggunakanya sebagai tipe Prasekolah.
Pendidikan prasekolah adalah satu program yang menyediakan pengalaman pembelajaran kanak-kanak yang berumur 4-6 tahun dalam jangka masa satu tahun atau lebih sebelum masuk ke tahun pertama di sekolah formal. Konsep yang digunakan ialah "Belajar Sambil Bermain" dengan menekankan "Pembelajaran Bertema”.Pendidikan prasekolah bertujuan menyuburkan potensi kanak-kanak dalam semua aspek perkembangan, menguasai kemahiran asas dan memupuk sikap positif sebagai persedian untuk masuk ke sekolah dasar.
Pendidikan prasekolah adalah satu program yang menyediakan pengalaman pembelajaran kanak-kanak yang berumur 4-6 tahun dalam jangka masa satu tahun atau lebih sebelum masuk ke tahun pertama di sekolah formal. Konsep yang digunakan ialah "Belajar Sambil Bermain" dengan menekankan "Pembelajaran Bertema”.Pendidikan prasekolah bertujuan menyuburkan potensi kanak-kanak dalam semua aspek perkembangan, menguasai kemahiran asas dan memupuk sikap positif sebagai persedian untuk masuk ke sekolah dasar.
CIRI ANAK PRA SEKOLAH
1) Ciri Fisik Anak Prasekolah. Penampilan maupun gerak gerik prasekolah mudah dibedakan dengan anak yang berada dalam tahapan sebelumnya :
a) Anak prasekolah umumnya aktif. Mereka telah memiliki penguasaan atau kontrol terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri.
b) Setelah anak melakukan berbagai kegiatan, anak membutuhkan istirahat yang cukup, seringkali anak tidak menyadari bahwa mereka harus beristirahat cukup. Jadwal aktivitas yang tenang diperlukan anak.
c) Otot-otot besar pada anak prasekolah lebih berkembang dari kontrol terhadap jari dan tangan. Oleh karena itu biasanya anak belum terampil, belum bisa melakukan kegiatan yang rumit seperti misalnya, mengikat tali sepatu.
d) Anak masih sering mengalami kesulitan apabila harus memfokuskan pandangannya pada obyek-obyek yang kecil ukurannya, itulah sebabnya koordinasi tangan masih kurang sempurna.
e) Walaupun tubuh anak lentur, tetapi tengkorak kepala yang melindungi otak masih lunak (soft). Hendaknya berhati-hati bila anak berkelahi dengan teman-temannya, sebaiknya dilerai, sebaiknya dijelaskan kepada anak-anak mengenai bahannya.
f) walaupun anak lelaki lebih
besar, anak perempuan lebih terampil dalam tugas yang bersifat praktis,
khususnya dalam tugas motorik halus, tetapi sebaiknya jangan mengkritik
anak lelaki apabila ia tidak
terampil, jauhkan dari sikap membandingkan anak lelaki-perempuan, juga dalam
kompetisi ketrampilan.
Ciri Sosial Anak Prasekolah
a) Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat, tetapi sahabat ini cepat berganti, mereka umumnya dapat cepat menyesuaikan diri secara sosial, mereka mau bermain dengan teman. Sahabat yang dipilih biasanya yang sama jenis kelaminnya, tetapi kemudian berkembang sahabat dari jenis kelamin yang berbeda.
b) Kelompok bermain cenderung kecil dan tidak terorganisasi secara baik, oleh karena kelompok tersebut cepat berganti-ganti.
c) Anak lebih mudah seringkali bermain bersebelahan dengan anak yang lebih besar.
Beberapa tingkah laku sosial:
- Tingkah laku unoccupied anak tidak bermain dengan sesungguhnya. Ia mungkin berdiri di sekitar anak lain dan memandang temannya tanpa melakukan kegiatan apapun.
- Bermain soliter anak bermain sendiri dengan menggunakan alat permainan, berbeda dari apa yang dimainkan oleh teman yang berada di dekatnya, mereka berusaha untuk tidak saling berbicara.
- Tingkah laku onlooker anak menghasilkan tingkah laku dengan mengamati. Kadang memberi komentar tentang apa yang dimainkan anak lain, tetapi tidak berusaha untuk bermain bersama.
- Bermain pararel anak-anak bermain dengan saling berdekatan, tetapi tidak sepenuhnya bermain bersama dengan anak lain, mereka menggunakan alat mainan yang sama, berdekatan tetapi dengan cara tidak saling bergantung.
- Bermain asosiatif anak bermain dengan anak lain tanpa organisasi. Tidak ada peran tertentu, masing-masing anak bermain dengan caranya sendiri-sendiri.
- Bermain Kooperatif anak bermain dalam kelompok di mana ada organisasi. Ada pemimpinannya, masing-masing anak melakukan kegiatan bermain dalam kegiatan, misalnya main toko-tokoan, atau perang-perangan.
3) Ciri Emosional Pada Anak Prasekolah
Salah satu tolak ukur kepribadian yang baik adalah
kematangan emosi. Semakin matang emosi seseorang, akan kian stabil pula
kepribadiannya. Untuk anak usia prasekolah, kemampuan mengekspresikan diri bisa
dimulai dengan mengajari anak mengungkapkan emosinya.
Jadi, anak prasekolah dapat diajarkan bersikap
asertif, yaitu sikap untuk menjaga hak-haknya tanpa harus merugikan orang lain.
Saat mainannya direbut, kondisikan agar anak melakukan pembelaan. Entah dengan
ucapan, semisal, “Itu mainan saya. Ayo kembalikan!”, atau dengan mengambil
kembali mainan tersebut tanpa membahayakan siapa pun.
Ciri
Emosional Pada Anak Prasekolah :
a) Anak TK cenderung mengekspreseikan emosinya dengan
bebas dan terbuka. Sikap marah
sering diperlihatkan oleh anak
pada usia tersebut.
b) Iri hati pada anak prasekolah sering terjadi, mereka
seringkali memperebutkan perhatian
guru.
Ciri Kognitif Anak Prasekolah
a) Anak
prasekolah umumnya terampil dalam berbahasa. Sebagian dari mereka senang
berbicara,
khususnya dalam kelompoknya, sebaiknya anak diberi kesempatan untuk
berbicara,
sebagian dari mereka dilatih untuk menjadi pendengar yang baik.
b) Kompetensi
anak perlu dikembangkan melalui interaksi, minat, kesempatan, mengagumi
dan kasih
sayang. Ainsworth dan Wittig (1972) serta Shite dan Wittig (1973) menjelaskan
cara
mengembangkan agar anak dapat berkembang menjadi kompeten dengan cara
sebagai
berikut:
a)
Lakukan interaksi sesering mungkin dan bervariasi dengan anak.
b)
Tunjukkan minat terhadap apa yang dilakukan dan dikatakan anak.
c)
Berikan kesempatan kepada anak untuk meneliti dan mendapatkan kesempatan
dalam
banyak hal.
d)
Berikan kesempatan dan dorongan maka untuk melakukan berbagai kegiatan
secara
mandiri.
e)
Doronglah anak agar mau mencoba mendapatkan ketrampilan dalam berbagai tingkah
laku.
f)
Tentukan batas-batas tingkah laku yang diperbolehkan oleh lingkungannya.
g)
Kagumilah apa yang dilakukan anak.
h) Sebaiknya apabila berkomunikasi dengan
anak,
lakukan dengan hangat dan dengan ketulusan hati.
Prinsip Perkembangan Anak
Dalam perkembangan anak dikenal
prinsip-prinsip perkembangan sebagai berikut:
a.
Perkembangan
berlangsung seumur hidup dan meliputi semua aspek.
Perkembangan bukan hanya berkenaan dengan aspek-aspek
tertentu tetapi menyangkut semua aspek. Perkembangan aspek tertentu mungkin
lebih terlihat dengan jelas, sedangkan aspek yang lainnya lebih tersembunyi.
Perkembangan tersebut juga berlangsung terus sampai akhir hayatnya, hanya pada
saat tertentu perkembangannya lambat bahkan sangat lambat, sedangkan pada saat
lain sangat cepat.
3
b. Setiap anak
memiliki kecepatan (tempo) dan kualitas perkembangan yang berbeda. Seorang anak
mungkin mempunyai kemampuan berpikir dan membina hubungan sosial yang sangat
tinggi dan tempo perkembangannya dalam segi itu sangat cepat, sedang dalam
aspek lainnya seperti keterampilan atau estetika kemampuannya kurang dan
perkembangannya lambat. Sebaliknya, ada anak yang keterampilan dan estetikanya
berkembang pesat sedangkan kemampuan berpikir dan hubungan sosialnya agak
lambat.
c.
Perkembangan
secara relatif beraturan, mengikuti pola-pola tertentu.
Perkembangan sesuatu segi didahului atau mendahului
segi yang lainnya. Anak bisa merangkak sebelum anak bisa berjalan, anak bisa
meraban sebelum anak bisa berbicara, dan sebagainya.
d. Perkembangan
berlangsung secara berangsur-angsur sedikit demi sedikit. Secara normal
perkembangan itu berlangsung sedikit demi sedikit tetapi dalam situasi-situasi
tertentu dapat juga terjadi loncatan-loncatan. Sebaliknya dapat juga terjadi
kemacetan perkembangan aspek tertentu.
e.
Perkembangan
berlangsung dari kemampuan yang bersifat umum menuju ke yang lebih khusus,
mengikuti proses diferensiasi dan integrasi. Perkembangan dimulai dengan
dikuasainya kemampuan-kemampuan yang bersifat umum, seperti kemampuan memegang
dimulai dengan memegang benda besar dengan kedua tangannya, baru kemudian
memegang dengan satu tangan tetapi dengan kelima jarinya. Perkembangan
berikutnya ditunjukkan dengan anak dapat memegang dengan beberapa jari, dan
akhirnya menggunakan ujung-ujung jarinya.
f.
Secara
normal perkembangan individu mengikuti seluruh fase, tetapi karena faktor-faktor
khusus, fase tertentu dilewati secara cepat, sehingga nampak ke luar seperti
tidak melewati fase tersebut, sedangkan fase lainnya diikuti dengan sangat
lambat, sehingga nampak seperti tidak berkembang.
g. Sampai
batas-batas tertentu, perkembangan sesuatu aspek dapat dipercepat atau
diperlambat. Perkembangan dipengaruhi oleh factor pembawaan dan juga faktor
lingkungan. Kondisi yang wajar dari pembawaan dan lingkungan dapat menyebabkan
laju perkembangan yang wajar pula. Kekurangwajaran baik yang berlebih atau
berkekurangan dari faktor pembawaan dan lingkungan dapat menyebabkan laju
perkembangan yang lebih cepat atau lebih lambat.
h. Perkembangan
aspek-aspek tertentu berjalan sejajar atau berkorelasi dengan aspek lainnya
* Perkembangan kemampuan sosial berkembang sejajar dengan kemampuan
berbahasa, kemampuan motorik sejajar dengan kemampuan pengamatan dan lain
sebagainya.
i.
Pada
saat-saat tertentu dan dalam bidang-bidang tertentu perkembangan pria berbeda
dengan wanita. Pada usia 12-13 tahun, anak wanita lebih cepat matang secara
sosial dibandingkan dengan laki-laki. Fisik laki-laki umumnya tumbuh lebih
tinggi dibandingkan dengan wanita. Laki-laki lebih kuat dalam kemampuan
inteleknya sedangkan wanita lebih kuat dalam kemampuan berbahasa dan
estetikanya.
Tugas Perkembangan Masa Anak-Anak
*Menurut Elizabeth Hurlock (1999) tugas-tugas
perkembangan anak usia 4 – 5 tahun adalah sebagai berikut:
- Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan yang umum
- Membangun sikap yang sehat mengenal diri sendiri sebagai makhluk yang sedang tumbuh
- Belajar menyesuaikan diri dengan teman seusianya
- Mulai mengembangkan peran social pria atau wanita yang tepat
- Mengembangkakn keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan berhitung
- Mengembangkkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari.
- Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tingkatan nilai
- Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok social dan lembaga-lembaga
- Mencapai kebebasan pribadi
Pertumbuhan Fisik
a) Anak
prasekolah umumnya aktif. Mereka telah memiliki penguasaan atau kontrol
terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri.
b)
Setelah anak melakukan berbagai kegiatan, anak membutuhkan istirahat yang
cukup, seringkali anak tidak menyadari bahwa mereka harus beristirahat cukup.
Jadwal aktivitas yang tenang diperlukan anak.
c)
Otot-otot besar pada anak prasekolah lebih berkembang dari kontrol terhadap
jari dan tangan. Oleh karena itu biasanya anak belum terampil, belum bisa
melakukan kegiatan yang rumit, seperti mengikat tali sepatu.
d) Anak
masih sering mengalami kesulitan apabila harus memfokuskan pandangannya pada
obyek-obyek yang kecil ukurannya, itulah sebabnya koordinasi tangan masih
kurang sempurna.
e)
Walaupun tubuh anak lentur, tetapi tengkorak kepala yang melindungi otak masih
lunak (soft).
Perkembangan Motorik
Di usia prasekolah, gerakan tangan anak (handstroke) sudah pada taraf membuat pola (pattern making). Ini tingkat paling sulit
karena anak harus membuat bangun/bentuk sendiri. Jadi, betul-betul dituntut
hanya mengandalkan imajinasinya. Sedangkan pada keterampilan motorik kasar,
anak usia prasekolah sudah mampu menggerakkan seluruh anggota tubuhnya untuk
melakukan gerakan-gerakan seperti berlari, memanjat, naik-turun tangga,
melempar bola, bahkan melakukan dua gerakan sekaligus seperti melompat sambil
melempar bola.
Perkembangan Kreativitas
Kreativitas imajiner (orang, benda, atau binatang yang
diciptakan anak dalam khayalannya) dan animasi (kecenderungan mengganggap benda
mati sebagai benda hidup) yang merupakan kreativitas awal di masa batita sudah
mulai ditinggalkan. Sebagai gantinya, anak prasekolah cenderung melakukan dusta
putih (white lie) atau membual. Tujuannya bukan untuk menipu orang lain,
tapi karena ia merasa yakin hal itu benar. Ia ingin bualannya didengar. Perlu
diketahui, pada masa prasekolah, anak sudah mulai menunjukkan ego dan
otoritasnya. Misal, ia melihat seekor naga hitam melintas di depan rumah. Anak
ini merasa yakin dan ingin orang lain juga turut meyakininya.
Kelak, sejalan dengan pertambahan usianya dimana anak
mulai membedakan antara khayalan dan kenyataan, kebiasaan membual mulai hilang.
Sebaliknya, orang dewasa juga jangan membiarkan anak untuk terus-terusan
membual berlebihan. Sebab, bila hal ini dibiarkan, membual dan melebih-lebihkan
yang dilakukan dengan tujuan mengesankan orang lain, malah berbuah menjadi
kebohongan yang mungkin menjadi kebiasaan.
Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan
dalam hubungan sosial, dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk
menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi.
Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau
bimbingan orang tua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan
sosial, atau norma- norma kehidupan bermasyarakat.
Usia prasekolah memberi kesempatan luas kepada anak
untuk mengembangkan keterampilan sosialnya. Di usia inilah ia mulai melihat
dunia lain di luar dunia rumah bersama ayah-ibu. Kemampuan bersosialisasi harus
terus diasah. Sebab, seberapa jauh anak bisa meniti kesuksesannya, amat
ditentukan oleh banyaknya relasi yang sudah dijalin. Banyaknya teman juga
membuat anak tidak gampang stres karena ia bisa lebih leluasa memutuskan kepada
siapa akan curhat.
Ciri Sosial Ciri Anak Prasekolah atau TK
a) Umumnya
anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat, tetapi sahabat ini cepat
berganti, mereka umumnya dapat cepat menyesuaikan diri secara sosial,
mereka mau
bermain
dengan teman. Sahabat yang dipilih biasanya yang sama jenis kelaminnya,
tetapi
kemudian berkembang sahabat dari jenis kelamin yang berbeda.
b) Kelompok
bermain cenderung kecil dan tidak terorganisasi secara baik, oleh karena
kelompok tersebut cepat berganti-ganti.
c) Anak
lebih mudah seringkali bermain bersebelahan dengan anak yang lebih besar.
Parten
(1932) dalam social participation among preschool children melalui
pengamatannya terhadap anak yang bermain bebas di sekolah, dapat
membedakan
beberapa
tingkah laku sosial:
a)
Tingkah laku unoccupied. Anak tidak bermain dengan sesungguhnya. Ia mungkin
berdiri di sekitar anak lain dan memandang temannya tanpa melakukan
kegiatan
apapun.
b)
Bermain soliter. Anak bermain sendiri dengan menggunakan alat permainan,
berbeda dari apa yang dimainkan
oleh teman yang berada di dekatnya, mereka
berusaha untuk tidak saling berbicara.
c)
Tingkah laku onlooker anak menghasilkan tingkah laku dengan mengamati.
Kadang memberi komentar tentang apa yang dimainkan anak lain, tetapi
tidak
berusaha untuk bermain bersama.
d)
Bermain pararel. Anak-anak bermain dengan saling berdekatan, tetapi tidak
sepenuhnya bermain bersama dengan anak lain, mereka menggunakan alat
mainan
yang sama, berdekatan tetapi dengan cara tidak saling bergantung.
e)
Bermain.asosiatif. Anak bermain dengan anak lain tanpa organisasi. Tidak ada
peran tertentu, masing-masing anak
bermain dengan caranya sendiri-sendiri.
f)
Bermain Kooperatif. Anak bermain dalam kelompok di mana ada organisasi. Ada
pemimpinannya, masing-masing anak melakukan kegiatan bermain dalam
kegiatan,
misalnya main toko-tokoan, atau perang-perangan.
Perkembangan Moral
Kemampuan sosialisasi yang berkembang membawa anak
usia prasekolah masuk ke dalam berbagai kelompok baru di luar rumah, yaitu
sekolah dan lingkungan sekitarnya. Sebagai bagian dari kelompok, anak
prasekolah belajar mematuhi aturan kelompok dan menyadari konsekuensinya bila
tidak mengikuti aturan tersebut.
Anak usia prasekolah belajar perilaku moral lewat
peniruan. Itulah sebabnya, orang-orang dewasa harus menghindari melakukan
hal-hal yang buruk, semisal bicara kasar, memukul, mencela, dan lain-lainnya di
depan anak.
Sosialisasi juga membawa anak pada risiko konflik,
terutama dengan teman sebaya. Oleh karenanya, kemampuan memecahkan konflik
merupakan modal yang harus dimiliki anak. Semakin baik kemampuannya dalam hal
ini, maka kepribadiannya akan semakin stabil. Anak yang pandai mengatasi
konflik umumnya akan mudah pula mengatasi masalah dalam hidupnya, entah di
sekolah, di rumah, ataupun kelak di tempat bekerja.
Perkembangan Kognitif
Ciri Kognitif Anak Prasekolah atau TK:
a) Anak
prasekolah umumnya terampil dalam berbahasa. Sebagian dari mereka senang
berbicara,
khususnya dalam kelompoknya, sebaiknya anak diberi kesempatan untuk
berbicara,
sebagian dari mereka dilatih untuk menjadi pendengar yang baik.
b) Kompetensi
anak perlu dikembangkan melalui interaksi, minat, kesempatan, mengagumi
dan kasih
sayang. Ainsworth dan Wittig (1972) serta Shite dan Wittig (1973) menjelaskan
cara
mengembangkan agar anak dapat berkembang menjadi kompeten dengan cara
sebagai
berikut:
a)
Lakukan interaksi sesering mungkin dan bervariasi dengan anak.
b)
Tunjukkan minat terhadap apa yang dilakukan dan dikatakan anak.
c)
Berikan kesempatan kepada anak untuk meneliti dan mendapatkan kesempatan
dalam
banyak hal.
d)
Berikan kesempatan dan dorongan maka untuk melakukan berbagai kegiatan
secara
mandiri.
e)
Doronglah anak agar mau mencoba mendapatkan ketrampilan dalam berbagai tingkah
laku.
f)
Tentukan batas-batas tingkah laku yang diperbolehkan oleh lingkungannya.
g)
Kagumilah apa yang dilakukan anak.
h) Sebaiknya apabila berkomunikasi dengan
anak,
lakukan dengan hangat dan dengan ketulusan hati.
Keterampilan Gender
Anak prasekolah sudah mampu membedakan pria dan wanita
yang dilihat dari penampilan yang berbeda, pakaian yang berbeda dan rambut yang
berbeda. Beberapa anak juga mulai memahami organ-organ tubuh yang berbeda pada
pria dan wanita karena orang tua mereka mulai memperkenalkannya, entah lewat
pengamatan langsung atau lewat buku-buku. Tetapi tidak semua anak di usia ini
punya keterampilan membedakan melalui anatomi fisik/organ intim karena beberapa
orang tua masih enggan membicarakan soal peran seks pada anak mereka di usia
prasekolah.