Selasa, 11 Desember 2012

Perkembangan psikologi pada masa prasekolah




PERKEMBANGAN PSIKOLOGI

A.    Perkembangan Psikologi Pada Masa Pra Sekolah
  1. Perkembangan
Perkembangan adalah suatu perubahan fungsional yang bersifat kualitatif, baik dari fungsi-fungsi fisik maupun mental sebagai hasil keterkaitannya dengan pengaruh lingkungan. 

PENGERTIAN PRASEKOLAH

Prasekolah (bahasa Inggris: pre-school) merupakan pilihan pendidikan bagi kanak-kanak sebelum memasuki sekolah. Early Childhood adalah anak yang berusia sejak lahir sampai dengan usia delapan tahun. Batasan ini seringkali dipergunakan untuk merujuk anak yang belum mencapai usia sekolah dan masyarakat menggunakanya sebagai tipe Prasekolah.
Pendidikan prasekolah adalah satu program yang menyediakan pengalaman pembelajaran kanak-kanak yang berumur 4-6 tahun dalam jangka masa satu tahun atau lebih sebelum masuk ke tahun pertama di sekolah formal. Konsep yang digunakan ialah "Belajar Sambil Bermain" dengan menekankan "Pembelajaran Bertema”.Pendidikan prasekolah bertujuan menyuburkan potensi kanak-kanak dalam semua aspek perkembangan, menguasai kemahiran asas dan memupuk sikap positif sebagai persedian untuk masuk ke sekolah dasar.

CIRI ANAK PRA SEKOLAH

1) Ciri Fisik Anak Prasekolah. Penampilan maupun gerak gerik prasekolah mudah dibedakan dengan anak yang berada dalam tahapan sebelumnya :
        a) Anak prasekolah umumnya aktif. Mereka telah memiliki penguasaan atau kontrol terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri.
        b) Setelah anak melakukan berbagai kegiatan, anak membutuhkan istirahat yang cukup, seringkali anak tidak menyadari bahwa mereka harus beristirahat cukup. Jadwal aktivitas yang tenang diperlukan anak.
        c) Otot-otot besar pada anak prasekolah lebih berkembang dari kontrol terhadap jari dan tangan. Oleh karena itu biasanya anak belum terampil, belum bisa melakukan kegiatan yang rumit seperti misalnya, mengikat tali sepatu.
       d) Anak masih sering mengalami kesulitan apabila harus memfokuskan pandangannya pada obyek-obyek yang kecil ukurannya, itulah sebabnya koordinasi tangan masih kurang sempurna.
       e) Walaupun tubuh anak lentur, tetapi tengkorak kepala yang melindungi otak masih lunak (soft). Hendaknya berhati-hati bila anak berkelahi dengan teman-temannya, sebaiknya dilerai, sebaiknya dijelaskan kepada anak-anak mengenai bahannya.
      f) walaupun anak lelaki lebih besar, anak perempuan lebih terampil dalam tugas yang bersifat praktis, khususnya dalam tugas motorik halus, tetapi sebaiknya jangan mengkritik
anak lelaki apabila ia tidak terampil, jauhkan dari sikap membandingkan anak lelaki-perempuan, juga dalam kompetisi ketrampilan.

 Ciri Sosial Anak Prasekolah

a) Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat, tetapi sahabat ini cepat berganti, mereka umumnya dapat cepat menyesuaikan diri secara sosial, mereka mau bermain dengan teman. Sahabat yang dipilih biasanya yang sama jenis kelaminnya, tetapi kemudian berkembang sahabat dari jenis kelamin yang berbeda.

b) Kelompok bermain cenderung kecil dan tidak terorganisasi secara baik, oleh karena kelompok tersebut cepat berganti-ganti.

c) Anak lebih mudah seringkali bermain bersebelahan dengan anak yang lebih besar.
Beberapa tingkah laku sosial:

  • Tingkah laku unoccupied anak tidak bermain dengan sesungguhnya. Ia mungkin berdiri di sekitar anak lain dan memandang temannya tanpa melakukan kegiatan apapun.
  • Bermain soliter anak bermain sendiri dengan menggunakan alat permainan, berbeda dari apa yang dimainkan oleh teman yang berada di dekatnya, mereka berusaha untuk tidak saling berbicara.
  • Tingkah laku onlooker anak menghasilkan tingkah laku dengan mengamati. Kadang memberi komentar tentang apa yang dimainkan anak lain, tetapi tidak berusaha untuk bermain bersama.
  • Bermain pararel anak-anak bermain dengan saling berdekatan, tetapi tidak sepenuhnya bermain bersama dengan anak lain, mereka menggunakan alat mainan yang sama, berdekatan tetapi dengan cara tidak saling bergantung.
  • Bermain asosiatif anak bermain dengan anak lain tanpa organisasi. Tidak ada peran tertentu, masing-masing anak bermain dengan caranya sendiri-sendiri.
  • Bermain Kooperatif anak bermain dalam kelompok di mana ada organisasi. Ada pemimpinannya, masing-masing anak melakukan kegiatan bermain dalam kegiatan, misalnya main toko-tokoan, atau perang-perangan.


3) Ciri Emosional Pada Anak Prasekolah
Salah satu tolak ukur kepribadian yang baik adalah kematangan emosi. Semakin matang emosi seseorang, akan kian stabil pula kepribadiannya. Untuk anak usia prasekolah, kemampuan mengekspresikan diri bisa dimulai dengan mengajari anak mengungkapkan emosinya.
Jadi, anak prasekolah dapat diajarkan bersikap asertif, yaitu sikap untuk menjaga hak-haknya tanpa harus merugikan orang lain. Saat mainannya direbut, kondisikan agar anak melakukan pembelaan. Entah dengan ucapan, semisal, “Itu mainan saya. Ayo kembalikan!”, atau dengan mengambil kembali mainan tersebut tanpa membahayakan siapa pun.

Ciri Emosional Pada Anak Prasekolah :
a)      Anak TK cenderung mengekspreseikan emosinya dengan bebas dan terbuka. Sikap marah
sering diperlihatkan oleh anak pada usia tersebut.
b)      Iri hati pada anak prasekolah sering terjadi, mereka seringkali memperebutkan perhatian
guru.

Ciri Kognitif Anak Prasekolah

 a) Anak prasekolah umumnya terampil dalam berbahasa. Sebagian dari mereka senang   
     berbicara, khususnya dalam kelompoknya, sebaiknya anak diberi kesempatan untuk
     berbicara, sebagian dari mereka dilatih untuk menjadi pendengar yang baik.
 b) Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui interaksi, minat, kesempatan, mengagumi
     dan kasih sayang. Ainsworth dan Wittig (1972) serta Shite dan Wittig (1973) menjelaskan 
     cara mengembangkan agar anak dapat berkembang menjadi kompeten dengan cara
     sebagai berikut:
       a) Lakukan interaksi sesering mungkin dan bervariasi dengan anak.
       b) Tunjukkan minat terhadap apa yang dilakukan dan dikatakan anak.
       c) Berikan kesempatan kepada anak untuk meneliti dan mendapatkan kesempatan dalam 
           banyak hal.
       d) Berikan kesempatan dan dorongan maka untuk melakukan berbagai kegiatan secara 
           mandiri.
       e) Doronglah anak agar mau mencoba mendapatkan ketrampilan dalam berbagai tingkah
           laku.
       f) Tentukan batas-batas tingkah laku yang diperbolehkan oleh lingkungannya.
       g) Kagumilah apa yang dilakukan anak.
       h) Sebaiknya apabila berkomunikasi dengan
           anak, lakukan dengan hangat dan dengan ketulusan hati.
Prinsip Perkembangan Anak
Dalam perkembangan anak dikenal prinsip-prinsip perkembangan sebagai berikut:
a.       Perkembangan berlangsung seumur hidup dan meliputi semua aspek.
Perkembangan bukan hanya berkenaan dengan aspek-aspek tertentu tetapi menyangkut semua aspek. Perkembangan aspek tertentu mungkin lebih terlihat dengan jelas, sedangkan aspek yang lainnya lebih tersembunyi. Perkembangan tersebut juga berlangsung terus sampai akhir hayatnya, hanya pada saat tertentu perkembangannya lambat bahkan sangat lambat, sedangkan pada saat lain sangat cepat.
3
b.      Setiap anak memiliki kecepatan (tempo) dan kualitas perkembangan yang berbeda. Seorang anak mungkin mempunyai kemampuan berpikir dan membina hubungan sosial yang sangat tinggi dan tempo perkembangannya dalam segi itu sangat cepat, sedang dalam aspek lainnya seperti keterampilan atau estetika kemampuannya kurang dan perkembangannya lambat. Sebaliknya, ada anak yang keterampilan dan estetikanya berkembang pesat sedangkan kemampuan berpikir dan hubungan sosialnya agak lambat.
c.       Perkembangan secara relatif beraturan, mengikuti pola-pola tertentu.
Perkembangan sesuatu segi didahului atau mendahului segi yang lainnya. Anak bisa merangkak sebelum anak bisa berjalan, anak bisa meraban sebelum anak bisa berbicara, dan sebagainya.
d.      Perkembangan berlangsung secara berangsur-angsur sedikit demi sedikit. Secara normal perkembangan itu berlangsung sedikit demi sedikit tetapi dalam situasi-situasi tertentu dapat juga terjadi loncatan-loncatan. Sebaliknya dapat juga terjadi kemacetan perkembangan aspek tertentu.
e.       Perkembangan berlangsung dari kemampuan yang bersifat umum menuju ke yang lebih khusus, mengikuti proses diferensiasi dan integrasi. Perkembangan dimulai dengan dikuasainya kemampuan-kemampuan yang bersifat umum, seperti kemampuan memegang dimulai dengan memegang benda besar dengan kedua tangannya, baru kemudian memegang dengan satu tangan tetapi dengan kelima jarinya. Perkembangan berikutnya ditunjukkan dengan anak dapat memegang dengan beberapa jari, dan akhirnya menggunakan ujung-ujung jarinya.
f.       Secara normal perkembangan individu mengikuti seluruh fase, tetapi karena faktor-faktor khusus, fase tertentu dilewati secara cepat, sehingga nampak ke luar seperti tidak melewati fase tersebut, sedangkan fase lainnya diikuti dengan sangat lambat, sehingga nampak seperti tidak berkembang.
g.      Sampai batas-batas tertentu, perkembangan sesuatu aspek dapat dipercepat atau diperlambat. Perkembangan dipengaruhi oleh factor pembawaan dan juga faktor lingkungan. Kondisi yang wajar dari pembawaan dan lingkungan dapat menyebabkan laju perkembangan yang wajar pula. Kekurangwajaran baik yang berlebih atau berkekurangan dari faktor pembawaan dan lingkungan dapat menyebabkan laju perkembangan yang lebih cepat atau lebih lambat.
h.      Perkembangan aspek-aspek tertentu berjalan sejajar atau berkorelasi dengan aspek lainnya
    * Perkembangan kemampuan sosial berkembang sejajar dengan kemampuan berbahasa, kemampuan motorik sejajar dengan kemampuan pengamatan dan lain sebagainya.
i.        Pada saat-saat tertentu dan dalam bidang-bidang tertentu perkembangan pria berbeda dengan wanita. Pada usia 12-13 tahun, anak wanita lebih cepat matang secara sosial dibandingkan dengan laki-laki. Fisik laki-laki umumnya tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Laki-laki lebih kuat dalam kemampuan inteleknya sedangkan wanita lebih kuat dalam kemampuan berbahasa dan estetikanya.

Tugas Perkembangan Masa Anak-Anak
*Menurut Elizabeth Hurlock (1999) tugas-tugas perkembangan anak usia 4 – 5 tahun adalah sebagai berikut:
  1. Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan yang umum
  2. Membangun sikap yang sehat mengenal diri sendiri sebagai makhluk yang sedang tumbuh
  3. Belajar menyesuaikan diri dengan teman seusianya
  4. Mulai mengembangkan peran social pria atau wanita yang tepat
  5. Mengembangkakn keterampilan-keterampilan dasar untuk  membaca, menulis, dan berhitung
  6. Mengembangkkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari.
  7. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tingkatan nilai
  8. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok social dan lembaga-lembaga
  9. Mencapai kebebasan pribadi
Pertumbuhan Fisik
a) Anak prasekolah umumnya aktif. Mereka telah memiliki penguasaan atau kontrol terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri.
b) Setelah anak melakukan berbagai kegiatan, anak membutuhkan istirahat yang cukup, seringkali anak tidak menyadari bahwa mereka harus beristirahat cukup. Jadwal aktivitas yang tenang diperlukan anak.
c) Otot-otot besar pada anak prasekolah lebih berkembang dari kontrol terhadap jari dan tangan. Oleh karena itu biasanya anak belum terampil, belum bisa melakukan kegiatan yang rumit, seperti mengikat tali sepatu.
d) Anak masih sering mengalami kesulitan apabila harus memfokuskan pandangannya pada obyek-obyek yang kecil ukurannya, itulah sebabnya koordinasi tangan masih kurang sempurna.
e) Walaupun tubuh anak lentur, tetapi tengkorak kepala yang melindungi otak masih lunak (soft).


Perkembangan Motorik
Di usia prasekolah, gerakan tangan anak (handstroke) sudah pada taraf membuat pola (pattern making). Ini tingkat paling sulit karena anak harus membuat bangun/bentuk sendiri. Jadi, betul-betul dituntut hanya mengandalkan imajinasinya. Sedangkan pada keterampilan motorik kasar, anak usia prasekolah sudah mampu menggerakkan seluruh anggota tubuhnya untuk melakukan gerakan-gerakan seperti berlari, memanjat, naik-turun tangga, melempar bola, bahkan melakukan dua gerakan sekaligus seperti melompat sambil melempar bola.

Perkembangan Kreativitas
Kreativitas imajiner (orang, benda, atau binatang yang diciptakan anak dalam khayalannya) dan animasi (kecenderungan mengganggap benda mati sebagai benda hidup) yang merupakan kreativitas awal di masa batita sudah mulai ditinggalkan. Sebagai gantinya, anak prasekolah cenderung melakukan dusta putih (white lie) atau membual. Tujuannya bukan untuk menipu orang lain, tapi karena ia merasa yakin hal itu benar. Ia ingin bualannya didengar. Perlu diketahui, pada masa prasekolah, anak sudah mulai menunjukkan ego dan otoritasnya. Misal, ia melihat seekor naga hitam melintas di depan rumah. Anak ini merasa yakin dan ingin orang lain juga turut meyakininya.
Kelak, sejalan dengan pertambahan usianya dimana anak mulai membedakan antara khayalan dan kenyataan, kebiasaan membual mulai hilang. Sebaliknya, orang dewasa juga jangan membiarkan anak untuk terus-terusan membual berlebihan. Sebab, bila hal ini dibiarkan, membual dan melebih-lebihkan yang dilakukan dengan tujuan mengesankan orang lain, malah berbuah menjadi kebohongan yang mungkin menjadi kebiasaan.

Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial, dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi. Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan orang tua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial, atau norma- norma kehidupan bermasyarakat.
Usia prasekolah memberi kesempatan luas kepada anak untuk mengembangkan keterampilan sosialnya. Di usia inilah ia mulai melihat dunia lain di luar dunia rumah bersama ayah-ibu. Kemampuan bersosialisasi harus terus diasah. Sebab, seberapa jauh anak bisa meniti kesuksesannya, amat ditentukan oleh banyaknya relasi yang sudah dijalin. Banyaknya teman juga membuat anak tidak gampang stres karena ia bisa lebih leluasa memutuskan kepada siapa akan curhat.
Ciri Sosial Ciri Anak Prasekolah atau TK  
    a) Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat, tetapi sahabat ini cepat
        berganti, mereka umumnya dapat cepat menyesuaikan diri secara sosial, mereka mau
        bermain dengan teman. Sahabat yang dipilih biasanya yang sama jenis kelaminnya,  
        tetapi kemudian berkembang sahabat dari jenis kelamin yang berbeda.
    b) Kelompok bermain cenderung kecil dan tidak terorganisasi secara baik, oleh karena
         kelompok tersebut cepat berganti-ganti.
    c) Anak lebih mudah seringkali bermain bersebelahan dengan anak yang lebih besar.
        Parten (1932) dalam social participation among preschool children melalui
        pengamatannya terhadap anak yang bermain bebas di sekolah, dapat membedakan
        beberapa tingkah laku sosial:
            a) Tingkah laku unoccupied. Anak tidak bermain dengan sesungguhnya. Ia mungkin
                 berdiri di sekitar anak lain dan memandang temannya tanpa melakukan kegiatan 
                 apapun.
            b) Bermain soliter. Anak bermain sendiri dengan menggunakan alat permainan,
                 berbeda dari apa yang dimainkan oleh teman yang berada di dekatnya, mereka
                 berusaha untuk tidak saling berbicara.
            c) Tingkah laku onlooker anak menghasilkan tingkah laku dengan mengamati.  
                 Kadang memberi komentar tentang apa yang dimainkan anak lain, tetapi tidak
                 berusaha untuk bermain bersama.
            d) Bermain pararel. Anak-anak bermain dengan saling berdekatan, tetapi tidak
                 sepenuhnya bermain bersama dengan anak lain, mereka menggunakan alat mainan
                 yang sama, berdekatan tetapi dengan cara tidak saling bergantung.
            e) Bermain.asosiatif. Anak bermain dengan anak lain tanpa organisasi. Tidak ada
                 peran tertentu, masing-masing anak bermain dengan caranya sendiri-sendiri.
            f) Bermain Kooperatif. Anak bermain dalam kelompok di mana ada organisasi. Ada
                pemimpinannya, masing-masing anak melakukan kegiatan bermain dalam kegiatan,
                 misalnya main toko-tokoan, atau perang-perangan.

Perkembangan Moral
Kemampuan sosialisasi yang berkembang membawa anak usia prasekolah masuk ke dalam berbagai kelompok baru di luar rumah, yaitu sekolah dan lingkungan sekitarnya. Sebagai bagian dari kelompok, anak prasekolah belajar mematuhi aturan kelompok dan menyadari konsekuensinya bila tidak mengikuti aturan tersebut.
Anak usia prasekolah belajar perilaku moral lewat peniruan. Itulah sebabnya, orang-orang dewasa harus menghindari melakukan hal-hal yang buruk, semisal bicara kasar, memukul, mencela, dan lain-lainnya di depan anak.
Sosialisasi juga membawa anak pada risiko konflik, terutama dengan teman sebaya. Oleh karenanya, kemampuan memecahkan konflik merupakan modal yang harus dimiliki anak. Semakin baik kemampuannya dalam hal ini, maka kepribadiannya akan semakin stabil. Anak yang pandai mengatasi konflik umumnya akan mudah pula mengatasi masalah dalam hidupnya, entah di sekolah, di rumah, ataupun kelak di tempat bekerja.

Perkembangan Kognitif
Ciri Kognitif Anak Prasekolah atau TK:
 a) Anak prasekolah umumnya terampil dalam berbahasa. Sebagian dari mereka senang   
     berbicara, khususnya dalam kelompoknya, sebaiknya anak diberi kesempatan untuk
     berbicara, sebagian dari mereka dilatih untuk menjadi pendengar yang baik.
 b) Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui interaksi, minat, kesempatan, mengagumi
     dan kasih sayang. Ainsworth dan Wittig (1972) serta Shite dan Wittig (1973) menjelaskan 
     cara mengembangkan agar anak dapat berkembang menjadi kompeten dengan cara
     sebagai berikut:
       a) Lakukan interaksi sesering mungkin dan bervariasi dengan anak.
       b) Tunjukkan minat terhadap apa yang dilakukan dan dikatakan anak.
       c) Berikan kesempatan kepada anak untuk meneliti dan mendapatkan kesempatan dalam 
           banyak hal.
       d) Berikan kesempatan dan dorongan maka untuk melakukan berbagai kegiatan secara 
           mandiri.
       e) Doronglah anak agar mau mencoba mendapatkan ketrampilan dalam berbagai tingkah
           laku.
       f) Tentukan batas-batas tingkah laku yang diperbolehkan oleh lingkungannya.
       g) Kagumilah apa yang dilakukan anak.
       h) Sebaiknya apabila berkomunikasi dengan
           anak, lakukan dengan hangat dan dengan ketulusan hati.

Keterampilan Gender
Anak prasekolah sudah mampu membedakan pria dan wanita yang dilihat dari penampilan yang berbeda, pakaian yang berbeda dan rambut yang berbeda. Beberapa anak juga mulai memahami organ-organ tubuh yang berbeda pada pria dan wanita karena orang tua mereka mulai memperkenalkannya, entah lewat pengamatan langsung atau lewat buku-buku. Tetapi tidak semua anak di usia ini punya keterampilan membedakan melalui anatomi fisik/organ intim karena beberapa orang tua masih enggan membicarakan soal peran seks pada anak mereka di usia prasekolah.








Senin, 10 Desember 2012

Pengertian dan kelainan postur tubuh



Pengertian Postur tubuh menurut para ahli

Menurut KBBI,2002:890
ð  Postur adalah bentuk tubuh, keadaan tubuh, sikap pengawakan dan perawakan seseorang. Tubuh adalah keseluruhan jasad manusia atau binatangyang kelihatan dari ujung rambut sampai ujung kaki
ð  postur tubuh adalah bentuk tubuh atau sikap badan yang terlihat dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Menurut Husdarta dan Yudha M Saputra, 2000 : 21
ð  Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan individu, ada dua Factor yaitu faktor internal dan faktor eksternal, faktor internal adalah factor yang ditimbulkan dari pengaruh ibu sejak masih dalam kandungan, kondisi ibu yang berpengaruh seperti gizi makanan, aktivitas fisik dan kondisi emosional.Faktoreksternal adalah faktor yang ditimbulkan dari pengaruh lingkungan (keturunan,gizi makanan, sistem kelenjar hormon, musim dan iklim, suku bangsa, kondisisosial ekonomi, kondisi psikososial dan kecenderungan sekuler).

Menurut Johnson L Barry and Jack K Nelson, 1970:372
ð  postur atau sikap tubuh melibatkan pertimbangan mekanis, seperti kelurusan segmen badan, kekuatan, tekanan otot,dan ikatan sendi, serta efek gaya berat badan. Postur seperti semua karakteristik manusia tidak hanya melibatkan perbedaan antara individu, tetapi juga perbedaandi dalam individu itu sendiri. Evaluasi postur dapat dilakukan dengan dua carayaitu statis dan dinamis. Evaluasi statis dilakukan terhadap postur seseorang padasaat yang bersangkutan dalam posisi diam (fixed potition). Sementara evaluasiyang dinamis dilakukan pada saat yang bersangkutan sedang bergerak, meliputi gerak pada saat berjalan, memanjat, turun, dan berdiri.

Menurut Johnson L Barry and Jack K Nelson, 1970:372
ð  postur tubuh adalah postur tubuhdinamis, yang meliputi mekanika kaki, posisi berdiri, posisi berjalan, posisi duduk dan bangkit dari duduk, posisi membungkuk dan mengambil benda ringan. Untuk mengukur kemampuan-kemampuan di atas digunakan alat pengukur yaitu IOWA Posture Test.IOWA
ð  Posture Test merupakan salah satu bentuk test untuk menilai postur tubuh,test ini direkomendasikan untuk digunakan bagi siswa sekolah. Test ini menggunakan pendekatan praktis untuk menaksir postur seseorang ketika ia sedang bergerak atau melakukan aktivitas sehari-hari, bukan hanya ketika ia berdiri atau tegak dengan suatu posisi diam dan tetap.

Kelainan Postur Tubuh
  1. Lordosis adalah istilah medis yang digunakan untuk menggambarkan an inward curvature of a portion of the vertebral column . Dua segmen dari kolom tulang belakang
  • servikal dan
  • lumbalis, biasanya lordotic,
  • yaitu, mereka ditetapkan dalam suatu kurva yang memiliki
  • kecembungan anterior (ke depan) dan
  • cekungan posterior (belakang), dalam konteks anatomi manusia.
  • Ketika mengacu pada anatomi mamalia lain, arah kurva disebut ventral.
  • Lengkung dalam arah yang berlawanan, yaitu apex / puncak posterior (manusia) atau
  • dorsally/ bagian punggung (mamalia) disebut kyphosis .
  • Excessive or hyperlordosis sering disebut sebagai swayback atau saddle back

Penyebab :

Konsekuensi dari lekukan/ curvatures lordotic normal dari vertebral column, (juga dikenal sebagai lekukan sekunder/ secondary curvatures ) adalah :
  • bahwa ada perbedaan ketebalan antara bagian anterior dan posterior dari intervertebral disc .
  • Lordosis juga dapat meningkat pada pubertas kadang-kadang tidak menjadi jelas sampai awal atau pertengahan 20-an.
  • Ketidakseimbangan kekuatan otot dan panjang juga merupakan penyebab, seperti paha belakang lemah, atau fleksor pinggul ketat (psoas).
  • kelengkungan lordotic berlebihan juga disebut
  • hollow back ,
  • saddle back, dan
  • swayback.
  • penyebab umum lordosis berlebihan termasuk
  • tight low back muscles,
  • excessive visceral fat , and
  • pregnancy. 


2.Kifosis / Kyphosis
Kiposis adalah suatu gangguan pada tulang belakang di mana tulang belakang melengkung ke depan yang mengakibatkan penderita menjadi terlihat bongkok.
Gangguan yang dapat menyebabkan kifosis, meliputi:
1. Osteoporosis
2. Degenerative arthritis of the spine
3. Ankylosing spondylitis
4. Connective tissue disorders
5. Tuberkulosis dan infeksi tulang belakang lain, yang dapat mengakibatkan kerusakan sendi
6. Kanker atau tumor jinak yang menimpa pada tulang belakang dan memaksa tulang keluar dari posisi
7. Spina bifida
8. Kondisi yang menyebabkan paralisis, seperti cerebral palsy, polio, dan kaku tulang tulang belakang


Gejala :

Gejala kifosis mungkin termasuk:
1. Postur bungkuk
2. Nyeri punggung ringan
3. Kekakuan atau nyeri spinal
4. Kelelahan


3.Skoliosis / Scoliosis / Skeliosis
Skoliosis adalah suatu gangguan pada tulang belakang di mana tulang belakang melengkung ke samping baik kiri atau kanan yang membuat penderita bungkuk ke samping.Membentuk huruf S.
Kelainana ini dapat terjadi akibat deformitas struktuural kolumna vertebralis yang ada sejak lahir (congenital) atau dapat timbul akibat penyakit neuromuskuler misalnya cerebral palsy atau distrofi otot. Sebagian skoliosis structural dapat timbul tanpa sebab jelas (idiopatik) atau karena postur yang buruk. skoliosis menyebabkan deformitas dan kadang-kadang nyeri. Apabila keadaan ini tidak diatasi, maka fungsi pernapasan dan jantung dapat terganggu.


Gambaran klinis:
1) Kelainan penampakan normal vertebra yaitu konkaf-konveks-konkaf yang terlihat menurun dari bahu ke bokong.
2)  Menonjolnya iga di sisi konveks.
3)  Tinggi Krista iliaka yang tidak sama. Hal ini dapat menyebabkan satu tungkai lebih pendek daripada tungkai lainnya.
4)   Asimetri rongga toraks dan persambungan yang tidak sesuai dari vertebra spinalis akan tampak apabila individu membungkuk.
Penatalaksanaan:
Skoliosis postural dapat diobati dengan latihan pasif dan aktif. Dapat dipasang penahan eksternal untuk meningkatkan kepatuhan dan kecepatan pemulihan. Skoliosis struktural dapat diobati dengan intervensi bedah. Intervensi tersebut dapat berupa penempatan sebuah batang fleksibel di punggung untuk membalikkan lengkungan kolumna vertebralis. Pada kasus-kasus yang parah dapat dilakukan fusi (penggabungan) spina di tingkat yang berbeda untuk memperbaiki deformitas


4. Sublubrikasi
Sublubrikasi adalah kelainan pada tulang belakang pada bagian leher yang menyebabkan kepala penderita gangguan tersebut berubah arah ke kiri atau ke kanan. 



5. Tortikolis
Tortikolis terjadi karena trauma persalinan pada kepala letak sungsang. Bila dilakukan traksi pada kepala untuk melahirkan anak, dapat terjadi cedera m.sternokleidomastoideus yang menimbulkan hematoma sehingga terjadi pemendekan atot akibat fibrosis. Cedera sternokleidomastoideus ini dapat terjadi pada setiap metode ekstraksi anak.
Gambaran klinis:
Kepala miring karena m.sternokleidomastoideus memendek, dan teraba seperti tali yang kaku. Bila dibiarkan muka akan menjadi asimetri, tulang belakang akan skoliosis untuk mengimbangi miringnya vertebra servikalis, dan tengkorak pun akan asimetri.


Tata laksana:
Bila dijumpai pada bayi, fisioterapi diberikan setiap hari berupa masase disertai peregangan dengan harapan otot dapat memanjang. Bila fisioterapi tidak berhasil dilakukan operasi untuk memperpanjang sternokleidomastoid. fisioterapi diteruskan lagi pasca bedah agar tidak kambuh lagi.



6.  Kifolordosis
Kombinasi dari kifosis dan lordosis. Penyebabnya adalah kondisi congenital.
Penatalaksanaan: sama dengan metode yang digunakan untuk kifosis dan lordosis (berdasarkan penyebab)

7.  Kifoskoliosis
Tidak normalnya kurva spinal anteroposterior dan lateral. Penyebabnya adalah kondisi congenital
Penatalaksanaan: imobilisasi dan operasi (berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan)


8.  Footdrop
Plantarfleksi, ketidakmampuan menekuk kaki karena kerusakan saraf peroneal. Penyebabnya adalah kondisi congenital, trauma, posisi imobilisasi yang tidak baik.
Penatalaksanaan: tidak ada (tidak dapat dikoreksi) dicegah melalui terapi fisik



9.  Pigeon toes
Rotasi dalam kaki depan, biasa pada bayi penyebabnya adalah kondisi congenital dan kebiasaan.
penatalaksanaan: pertumbuhan, menggunakan sepatu terbalik.





Asuhan Keperawatan

1.Pengkajian
Pemeriksaan fisik meliputi :
a.Mengkaji skelet tubuh
Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor tulang. Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomis. Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya patah tulang.

b.Mengkaji tulang belakang
Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang)

c.Mengkaji sistem persendian
Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas, dan adanya benjolan, adanya kekakuan sendi
.

d.Mengkaji system otot
Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran masing-masing otot. Lingkar ekstremitas untuk mementau adanya edema atau atropfi, nyeri otot.

e.Mengkaji cara berjalan
Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah satu ekstremitas lebih pendek dari yang lain. Berbagai kondisi neurologist yang berhubungan dengan caraberjalan abnormal (mis.
cara berjalan spastic hemiparesis - stroke, cara berjalan selangkah-selangkah – penyakit lower motor neuron, cara berjalan bergetar – penyakit Parkinson).

f.Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer
Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang
lebih panas atau lebih dingin dari lainnya dan adanya
edema.
Sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji denyut perifer, warna, suhu dan waktu pengisian kapiler.

2.Analisa data
D
ata Subjektif:
*Pasien mengetakan nyeri punggung
*Pasien mengatakan kelelahan di tulang belakang setelah duduk atau berdiri lama
*Pasien mengatakan kesusahan bernafas

D
ata Objektif :
*Bahu yang tampak tidak sama tinggi
*Tampak tonjolan skapula yang tidak sama
*Tampak pinggul yang tidak sama

3.Diagnosa Keperawatan
a.Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan nyeri
b.Nyeri punggung berhubungan dengan posisi tubuh miring ke lateral
c.Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan postur tubuh yang tidak seimbang
d.Gangguan citra tubuh atau konsep diri yang berhubungan dengan postur tubuh miring ke lateral.
4.Perencanaan Keperawatan
a.Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan paru
1)Tujuan : Pola nafas efektif
2)Intervensi :
a)Kaji status pernafasan setiap 4 jam
                    b)Bantu dan ajarkan pasien melakukan nafas dalam setiap 1 jam
3)Rasional : Meningkatkan ventilasi maksimal dan oksigenasi dan menurunkan/mencegah atelektasis
c)Atur posisi tidur semi fowler untuk meningkatkan ekspansi paru
Rasional :
Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan
d)Pantau tanda vital setiap 1 jam
Rasional :
Indikator umum, status sirkulasi dan keadekuatan perfusi

b.Nyeri punggung berhubungan dengan posisi tubuh miring ke lateral
1)Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang
2)Intervensi :
Kaji tipe, intensitas dan lokasi nyeri
Rasional :
Mempengaruhi pilihan / pengawasan keefektifan intervensi tingkat ansietas dapat mempengaruhi terhadap nyeri
b)Ajarkan relaksasi dan tehnik distraksi
Rasional :
Untuk mengalihkan perhatian sehingga mengurangi nyeri
c)Ajarkan dan anjurkan pemakaian brace
Rasional :
Untuk mengurangi nyeri saat aktivitas
d)Kolaborasi dalam pemberian analgesi
Rasional :
Untuk meredakan nyeri

c.Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan postur tubuh yang tidak seimbang
1)Tujuan : Meningkatkan mobilitas fisik
2)Intervensi
: Kaji tingkat mobilitas fisik
Rasional :
Mempengaruhi pilihan / pengawasan keefektifan intervensi
b)Tingkatkan aktivitas jika nyeri berkurang
Rasional :
Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi
c)Bantu dan ajarkan latihan rentang gerak sendi aktif
Rasional :
Meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi
d)Libatkan keluarga dalam melakukan perawatan diri
Rasional :
Keluarga yang kooperatif dapat meringankan petugas, dan memberikan kenyamanan pada pasien
d.Gangguan citra tubuh atau konsep diri yang berhubungan dengan postur tubuh yang miring ke lateral
1)Tujuan : Meningkatkan citra tubuh
2)Intervensi :
Anjurkan untuk mengungkapkan perasaan dan masalahnya
Rasional :
Ekspresi emosi membantu pasien mulai menerima kenyataan dan realitas hidup
b)Beri harapan yang realistik dan buat sasaran jangka pendek untuk memudahkan pencapaian
Rasional :
Harapan yang tidak realistik menyebabkan pasien mengalami kegagalan dan menguatkan perasaan-perasaan tidak berdaya
c)Beri penghargaan untuk tugas yang di lakukan
Rasional :
Penguatan positif meningkatkan harga diri dan mendorong pengulangan perilaku yang di harapkan
d)Beri dorongan untuk merawat dari sesuai toleransi
Rasional :
Meningkatkan kemandirian